Gambar ilustrasi dari kaltim.prokal.co |
Musim kemarau sudah beberapa
minggu melanda. Sekitar hutan sebahagian tanaman kering menyisakan ranting yang
mudah dipatahkan. Aliran sungai juga tidak seaktif dulu dengan gejolak derasnya
menerpa kesisi tebing.
Di dahan pohon Kusi dengan pasti
beruang hitam sedang meniti. Dengan cermat tanpa takut terjatuh, diincarnya
sebuah sarang lebah madu di ujung dahan besar. Dengan beberapa langkah lagi
sarang lebah madu didepan mata.
Seperti tahu sarangnya akan
dirusak oleh beruang berbondong-bondong lebah keluar dari sarang lalu membuat formasi
ingin menyerang sekaligus untuk bertahan.
Sang beruang hirau dengan
keberadaan, perut yang sudah keroncongan mengiginkan madu itu. Dengan cakarnya
besar mengair-ngasir sarang lebah. Beberapa kaisan dia mendapatkan madunya disabutnya
suka cita. Merasakan kenikmatan madu semakin penambah semangat berung untuk
mendapatkan madu.
Tapi sang lebih juga tidak
tinggal diam. Mereka melakukan perlawana semampunya. Sudah tiga kali beruang
mengais dan mendapatkan madunya. Madu mulai menetes jatuh lewat terehan beruang.
Melihat sarangnya tinggal setengah, lebah lalu membagi kawananya menjadi dua
kubu dan menyerangnya dari atas dan bawah.
Serangannya membuahkan hasil
beruang mulai merasa tidak nyaman. Melihat serangannya berhasil, lebah tidak
memberikan jeda yang akhirnya beruang mulai mundur beberapa langkah. Dan malangnya,
beruang menginjak rating kering alhasil memuat tubuhnya kehilangan keseimbangan
kekanan lalu mulai terjatuh. Mencoba semampunya tidak terjatuh beruang meraih-raih
apa disekitarnya. Tetapi usahanya sia-sia hanya udara kosong didapatnya.
Saat jatuh beruang meraung
sejadinya terasa bahwa dia ketakutan. Tapi alangkah beruntungnya sang beruang
terjatuh di sungai. Raungannya tak terdengar lagi tergantikan suara nyaring
benda berat jatuh ke air.
Beberapa saat beruang hanya
menggerakkan tangan dan kakinya sekenanya saja. Setelah sadar mengetahui
dirinya dalam air segera berenang menuju permukaan.
Lalu berlanjut berenang ke arah
tepi sungai. D ngan nafas terengah-engah beruang duduk sembali menangkan diri.
Lama duduk, beruang diserang rasa
lapar. Beruang lalu menyisir tepi sungai, berselang lama dia melihat seekor
ikan air tawar seukuran buah mentimun. Gesit pergerakanya menghantamkan cakar
tepat ke tubuh ikan. Alhasil ikan tertancap.
Dengan perasaan senang beruang
pergi kedalam hutan sambil terus menggit ikan. Didalam hutan dia bertemu dengan
beruang lain berwarna coklat. Mereka bertegur sapa, dilihatnya beruang ini
sedang membawa ikan sebesar buah pepaya.
Sepanjang jalan mereka bersama
bercakap-cakap.
“Ini hasil jerih payah saya juga
keberuntungan sejak lahir, aku akan kenyang untuk hari ini” kata beruang cokelat
penuh semangat
Beruang hitam hanya mengaguk
mendengarnya
“Hahaha apakah kamu pernah
melihat ikan sebesar milikku, pasti tidak pernah karena ini hanya untukku tidak
untuk orang lain.” Sekarang beruang cokelat semakin sombong berbicara.
“Apakah kamu tahu ikan sebesar
ini enak dimakan saat apa?, munurutku saat sendirian lalu dimakan secara
pelan-pelan dan....”
Karena asik berbicara sampai
tidak fokus akan apa didepannya beruang cokelat terandung akar pohon. Tubuhnya
jatuh berlanjut tergulung beberapa meter
lalu dihentikan sebuah pohon. Ikan yang dimulutnya terlepas, menggeliat-liat
ditanah yang ahirnya jatuh ke dalam jurang, yang memang berada tak jauh
darinya.
Segera beruang hitam menolongnya
berdiri, dilihat tidak ada luka ditubuh.
“Apakah ada yang sakit atau
kurang nyaman?” tanya beruang hitam
Ingin menjawab beruang cokelat
tetapi suara perut yang keroncongan duluan menyahut. Beruang coklat tersipu
malu, malu atas keadaannya juga kesomobongannya. Si coklat hanya menunduk malu
diam.
Si hitam membagi ikannya menjadi
dua lalu berucap
“Ayo makan bersama-sama, ini
untukmu. Anugrah tuhankan harus dibagi apalagi untuk orang yang membutuhkan”
diakhirinya senyuman tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar