Senin, 22 Oktober 2018

Beruang Hitam: Berbagi

   
Gambar ilustrasi dari kaltim.prokal.co

   Musim kemarau sudah beberapa minggu melanda. Sekitar hutan sebahagian tanaman kering menyisakan ranting yang mudah dipatahkan. Aliran sungai juga tidak seaktif dulu dengan gejolak derasnya menerpa kesisi tebing.

Di dahan pohon Kusi dengan pasti beruang hitam sedang meniti. Dengan cermat tanpa takut terjatuh, diincarnya sebuah sarang lebah madu di ujung dahan besar. Dengan beberapa langkah lagi sarang lebah madu didepan mata.

Seperti tahu sarangnya akan dirusak oleh beruang berbondong-bondong lebah keluar dari sarang lalu membuat formasi ingin menyerang sekaligus untuk bertahan.

Sang beruang hirau dengan keberadaan, perut yang sudah keroncongan mengiginkan madu itu. Dengan cakarnya besar mengair-ngasir sarang lebah. Beberapa kaisan dia mendapatkan madunya disabutnya suka cita. Merasakan kenikmatan madu semakin penambah semangat berung untuk mendapatkan madu.

Tapi sang lebih juga tidak tinggal diam. Mereka melakukan perlawana semampunya. Sudah tiga kali beruang mengais dan mendapatkan madunya. Madu mulai menetes jatuh lewat terehan beruang. Melihat sarangnya tinggal setengah, lebah lalu membagi kawananya menjadi dua kubu dan menyerangnya dari atas dan bawah.

Serangannya membuahkan hasil beruang mulai merasa tidak nyaman. Melihat serangannya berhasil, lebah tidak memberikan jeda yang akhirnya beruang mulai mundur beberapa langkah. Dan malangnya, beruang menginjak rating kering alhasil memuat tubuhnya kehilangan keseimbangan kekanan lalu mulai terjatuh. Mencoba semampunya tidak terjatuh beruang meraih-raih apa disekitarnya. Tetapi usahanya sia-sia hanya udara kosong didapatnya.

Saat jatuh beruang meraung sejadinya terasa bahwa dia ketakutan. Tapi alangkah beruntungnya sang beruang terjatuh di sungai. Raungannya tak terdengar lagi tergantikan suara nyaring benda berat jatuh ke air.

Beberapa saat beruang hanya menggerakkan tangan dan kakinya sekenanya saja. Setelah sadar mengetahui dirinya dalam air segera berenang menuju permukaan.

Lalu berlanjut berenang ke arah tepi sungai. D ngan nafas terengah-engah beruang duduk sembali menangkan diri.

Lama duduk, beruang diserang rasa lapar. Beruang lalu menyisir tepi sungai, berselang lama dia melihat seekor ikan air tawar seukuran buah mentimun. Gesit pergerakanya menghantamkan cakar tepat ke tubuh ikan. Alhasil ikan tertancap.

Dengan perasaan senang beruang pergi kedalam hutan sambil terus menggit ikan. Didalam hutan dia bertemu dengan beruang lain berwarna coklat. Mereka bertegur sapa, dilihatnya beruang ini sedang membawa ikan sebesar buah pepaya.

Sepanjang jalan mereka bersama bercakap-cakap.

“Ini hasil jerih payah saya juga keberuntungan sejak lahir, aku akan kenyang untuk hari ini” kata beruang cokelat penuh semangat

Beruang hitam hanya mengaguk mendengarnya

“Hahaha apakah kamu pernah melihat ikan sebesar milikku, pasti tidak pernah karena ini hanya untukku tidak untuk orang lain.” Sekarang beruang cokelat semakin sombong berbicara.

“Apakah kamu tahu ikan sebesar ini enak dimakan saat apa?, munurutku saat sendirian lalu dimakan secara pelan-pelan dan....”

Karena asik berbicara sampai tidak fokus akan apa didepannya beruang cokelat terandung akar pohon. Tubuhnya jatuh berlanjut  tergulung beberapa meter lalu dihentikan sebuah pohon. Ikan yang dimulutnya terlepas, menggeliat-liat ditanah yang ahirnya jatuh ke dalam jurang, yang memang berada tak jauh darinya.

Segera beruang hitam menolongnya berdiri, dilihat tidak ada luka ditubuh.

“Apakah ada yang sakit atau kurang nyaman?” tanya beruang hitam

Ingin menjawab beruang cokelat tetapi suara perut yang keroncongan duluan menyahut. Beruang coklat tersipu malu, malu atas keadaannya juga kesomobongannya. Si coklat hanya menunduk malu diam.

Si hitam membagi ikannya menjadi dua lalu berucap


“Ayo makan bersama-sama, ini untukmu. Anugrah tuhankan harus dibagi apalagi untuk orang yang membutuhkan” diakhirinya senyuman tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar